[Inspired by ‘Will It Snow for Christmas’ K-drama]
Cast:
Ham Eun Jung
Kim Soo Hyun
Seo Jung Hyun
Yong Jae Son
“Hyaa… ahjumma, apa yang kalian lakukan?” aku mengayuh sepedaku secepat mungkin melihat banner untuk menyambut kepulangan oppa dipotong. Seorang ahjumma dan anak laki-laki gendut seumuranku memotongnya di depan sebuah truk yang mengangkut perabotan rumah. Mungkinkah mereka tetangga baru?
Mereka hanya melirikku sekilas lalu kembali memotong banner yang dibuat oleh eomma-appa untuk menyambut kepulangan oppa yang bersekolah di Seoul University. Anak laki-laki gendut itu menggendong ahjumma di pundaknya, dan ahjumma terus memotong banner itu tanpa mempedulikanku.
“Hyaaaaaaaa…. Apa yang kalian lakukan! Hyaaaa… mietcheosseoo!” aku terus mengayuh sepedaku semakin keras tapi sebelum aku menyadari di depanku ada seekor bebek melintas di jalan aku sudah menabraknya dan jatuh tersungkur di tanah.
“Neo gwenchana?” seseorang mengulurkan tangannya untuk menolongku. Seorang oppa.
“Gwenchanayo.” Kataku sambil berdiri dan membersihkan seragam sekolahku yang kotor terkena lumpur. “Mereka keterlaluan. Mereka orang jahat! Jahat! Jahat!” seruku berkali-kali mengulang kata-kata ‘jahat’.
“Hyung, eomma minta kamu segera naik ke truk. Kita sudah bisa lewat sekarang!” si anak laki-laki gendut itu menghampiri oppa ini. Oppa meliriknya, “Aku nanti menyusul.” Serunya.
“Oh, jadi kamu juga bagian dari mereka? Orang jahat! Jahat! Jahat!” teriakku lagi berkali-kali.
“Apakah kamu tidak punya kosa kata lain selain jahat?” tanyanya sambil mengurus sepedaku yang terjatuh. “Kamu tidak belajar hangul di sekolah? Kamu tidak mendengarkan?” tanyanya lagi.
“Ah, nan molla…” seruku sambil berjalan meraih sepedaku. “Ackk.., ” ternyata kakiku sakit dipakai berjalan. Oppa berlutut di depanku, punggungnya membelakangiku. “Naik ke punggungku. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit.”
“Sudahlah. Aku tidak perlu. Gwenchana.” Kataku sambil berlalu mengayuh sepedaku. Siapa peduli dengan orang seperti dia, dan ahjumma, juga anak laki-laki gendut tadi. Huh.
“Aku akan membenarkan bannernya!” serunya.
“Tidak perlu. Aku akan melaporkan kalian ke polisi. Mendorongku hingga jatuh dan menyobek banner oppa! Tch!” seruku, tidak ambil pusing.
***
Aku mengayuh sepedaku menahan luapan marah. Aku lupa aku sudah 3 minggu putus dari Jae Son. Tapi kenapa tadi aku sempat mendatangi rumahnya untuk berangkat bersama ke sekolah. Neo, Ham Eun Jung, mietchesseo? Neo, crazy girl! Kyaaaak! Aku mengumpat diri sendiri ketika melihat banner oppa sudah kembali utuh. Tanpa sadar aku tersenyum. Oppa yang kemarin menepati janji?
***
“Kenapa kamu masih mendatangi rumah Jae Son?” tanya Seo Hyun Unnie.
“Mianhamnida, sunbae. Kami baru putus tiga minggu. Saya belum sepenuhnya terbiasa.” Kataku sambil menunduk meskipun aku sepenuhnya geram, ingin memukulnya. Bagaimana bisa dia mencuri Jae Son?
“Kalau begitu jangan diulang lagi. Jae Son sudah bersamaku sekarang.” Katanya sambil berdiri.
“Unnie, kamu punya banyak teman lelaki mengantri untukmu, kenapa kamu mengambil lelaki yang sudah diambil oleh gadis lain?” tanyaku.
“Siapa yang sudah mengambil siapa? Kamu mengambilku?” tiba-tiba Jae Son muncul dari balik pohon. Dia berjalan menghampiri Seo Hyun Unnie, dan memeluknya.
“Bu… bukankah… semua orang bilang begitu? Lelaki yang berpacaran itu sudah diambil sama pacarnya?” gumamku.
“Aku tidak pernah merasa berpacaran denganmu, Ham Eun Jung. Aku hanya berada di sekelilingmu, ke sana kemari. Tapi aku tidak pernah merasa berpacaran denganmu,” katanya sambil memandang Seo Hyun Unnie, “Sunbae, ayo…” aku melihat Jae Son dan Seo Hyun Unnie berjalan menjauh ketika sebuah bola baseball menghantam kepalaku.
“Mian. Tolong lemparkan bolanya!” seorang chingu dari lapangan baseball berteriak memintaku melemparkan bola itu. Ya, aku melemparnya. Melempar ke arah Jae Son dan Seo Hyun Unnie. Tetapi sayangnya bola itu menghantam kaca. Ahhh~ wae dooo~~~
***
“Kamu lagi! Hyaa… neo, Ham Eun Jung, apa lagi yang kamu lakukan? Aigooo~~,” sonsaengnim memarahiku di ruang guru sementara aku duduk bersimpuh dengan kedua tangan di atas.
“Ahh, sonsaengnim, saya pegal-pegal,” rengekku memasang wajah memelas.
“Terserah!” seru sonsaengnim sambil berlalu ketika aku melihat Seo Hyun Unnie sedang dipuji-puji oleh guru kelasnya. “Apa yang keren dari gadis itu? huh!” gumamku.
Pegal sekali rasanya tangan ini. Aigooo~~ aku pingin pipis juga. Ottohkae??
“Sonsaengnim, saya mau ke kamar mandi yaaa. Saya sudah tidak tahaaaan.” Aku berbalik menuju pintu ketika aku menabrak anak laki-laki gendut. “Aww. Sakit..!” erangku sambil menggosok-gosok dahiku. Tapi tiba-tiba aku merasa ada cairan mengalir di kakiku, aku… mengompol? Hoaaah, andweeyooo~ tidak di sini! Tidak sekarang!
Aku melirik ke dalam ruang guru. Semua orang melihatku. Semua. Tidak terkecuali oppa itu. Oppa? Oppa itu? Oppa yang kemarin? Dia melihatku mengompol! Ah andweee~~ Ottohkachi…??
***
-TO BE CONTINUED-
0 komentar:
Posting Komentar